Tinjau lokasi rencana pengembangan peternakan sapi potong dan pembangunan kawasan technopark ternak sapi.(foto:HumasSetda/dok) |
BLORA. Guna mewujudkan Blora sebagai pusat bibit sapi peranakan
ongole (PO) di Indonesia, Pemkab Blora melalui Dinas Peternakan dan
Perikanan (Disnakan) melakukan penjajakan kerjasama tentang pengembangan
peternakan sapi potong dan pembangunan kawasan technopark ternak sapi
dengan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gajah Mada (UGM)
Yogyakarta, Kamis (26/01/2017).
Bertempat di ruang rapat Bupati,
penjajakan kerjasama itu diawali dengan pemaparan rencana pembangunan
kawasan Blora-Gama Vet-Techno Park berbasis Integrated Farming dari tim
FKH UGM Yogyakarta yang dipimpin Wakil Dekan I Bidang Akademik dan
Kemahasiswaan Drh. Agung Budiyanto, MP. Ph.D.
Hadir dalam
pemaparan tersebut Bupati H.Djoko Nugroho didampingi Asisten II Setda
Slamet Pamudji SH, M.Hum, Kepala Disnakan Ir. Wahyu Agustini SE, M.Si,
Kabid Peternakan Budiman, dan seluruh jajarannya.
Mengawali
pemaparannya, Drh. Agung Budiyanto, MP. Ph.D menyambut positif gagasan
kerjasama pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Blora. Mengingat
sudah sejak ratusan tahun lalu Blora memang dikenal sebagai daerah
penghasil sapi.
“Perlu diketahui, berdasarkan catatan sejarah
yang ada. Pameran ternak di Indonesia pertama kali dilaksanakan di Blora
pada tahun 1876, baru kemudian disusul Surabaya tahun 1878. Ini
menandakan bahwa secara histori Blora memang sudah sepantasnya dijadikan
lumbung ternak sapi nasional,” jelas Drh. Agung Budiyanto, MP. Ph.D.
Untuk mewujudkan lumbung sapi nasional itu, ia ingin Blora-Gama
Vet-Techno Park berbasis Integrated Farming benar-benar bisa
dilaksanakan. “Perlu adanya kombinasi potensi FKH UGM dan Pemkab Blora
yang ideal untuk mewujudkan technopark berbasis peternakan sapi potong
lokal pertama kali di Indonesia,” lanjutnya.
Bupati H.Djoko
Nugroho pun menyambut positif tentang kerjasama tersebut. Ia ingin
membangun image agar Blora dikenal sebagai pusat sapi di Indonesia,
mengingat jumlah populasi sapi di Blora sangat banyak sejumlah 222.718
ekor.
(foto:HumasSetda/dok) |
Awalnya Disnakan menawarkan lokasi pembangunan Blora-Gama
Vet-Techno Park berbasis Integrated Farming di Desa Palon Kecamatan
Jepon, namun oleh Bupati diarahan ke lahan lapangan golf yang berada di
Kelurahan Kunden, Kecamatan Blora Kota.
“Ini sangat menarik,
harus kita carikan lahan yang strategis agar mobilitas angkutan
ternaknya mudah dan bisa dijangkau dengan cepat. Lapangan golf itu salah
satu alternatifnya, coba nanti kita lihat kesana. Kita kaji bersama,”
jelas Bupati.
Selain tentang pengembangan ternak, Bupati
menginginkan dibangunnya rumah potong hewan (RPH) modern untuk kegiatan
pemotongan hewan. “Saya ingin ada RPH dahulu yang bersih dan modern.
Jangan menjual sapi dalam kondisi hidup terus, kita potong dahulu
sehingga keluar dari Blora sudah dalam bentuk daging dengan nilai
ekonomi yang lebih tinggi,” harap Bupati.
Dengan adanya RPH
modern, nantinya juga akan bisa menyerap tenaga kerja lokal Blora
sebagai pengelola penyembelihan dan pemotongan daging, hingga
pendistribusiannya.
Tidak mau lama-lama berdiskusi, Bupati
langsung mengajak tim UGM untuk meninjau lapangan golf yang ditawarkan
sebagai bakal lokasi RPH modern. Disana tim UGM mengambil beberapa titik
gambar lapangan untuk dikaji kelayakannya.
“Dari sisi lokasi,
ini cukup strategis. Namun untuk ketersediaan airnya akan kita kaji
dahulu. Karena RPH sangat membutuhkan keberadaan air. Kita akan bentuk
tim khusus terlebih dahulu bersama dinas terkait,” ujar Drh. Agung
Budiyanto, MP. Ph.D.
Dengan kunjungan tim FKH UGM ini, Bupati
berharap kedepan akan berlanjut dengan tahapan selanjutnya. “Saya anggap
ini pertemuan awal, monggo dinas terkait untuk menindaklanjuti. Semoga
kerjasama ini bisa berbuah manis dan menuai keberhasilan demi Blora kita
tercinta,” pungkas Bupati.
(Tim Berita Humas Protokol Setda Blora)
Tidak ada komentar:
Write komentar